Film
pendek wujud karya dari seorang Happy Salma yang diangkat dari cerpennya yang
berjudul Kamis ke-200 ini merupakan
peringatan terhadap tujuh tahun aksi ‘kamisan’, Kamisan adalah rutinitas aksi diam para
keluarga korban pelanggaran Hak Asasi Manusia yang mengenakan pakaian hitam
serta payung senada di depan istana negara tiap Kamis. Film pendek Kamis ke-300 ini diputar pertama kali
di Goethe Institut,Jakarta, Jumat malam. Dalam pemutaran tersebut diisi dengan
beberapa pertunukan seni diantaranaya, pembacaan cerpen oleh Butet Kartaradjasa
barjudul ‘Aku Pembunuh Munir’ karya Seno Gumira, Glenn Fredly yang membuat
video khusus bagi keluarga korban dan Tompi yang mengisi acara lewat pertunjukan
musiknya.
Turut hadir keluarga-keluarga dan korban
dari beberapa ksus pelanggaran HAM seperti, kasus Semanggi 1, kasus Mei 98 dan
kasus Tahun 65, salah satunya Ibu Sumarsih orang tua dari Wawan mahasiswa
Atmajaya semester 5 yang menjadi korban pada kasus Semanggi 1 berharap dengan
film Kamis ke-300 ini, Presiden dapat mewujudkan janjinya dalam mengusut kasus
pelanggaran HAM, hal senada juga diucapkan oleh Ibu Ruyati Darwin orang tua
dari Eten Kuryana mahasiswa UI yang menjadi korban peristiwa Mei 98 di Plaza
Yogya Klender. “kami
sampai sekarang akan tetep menuntut bapak SBY, karena sampai sekarang apa yang
telah dijanjikan kepada kami para keluarga korban, bahwa beliau itu akan
bertanggung jawab dan akan menyelesaikan” ucapnya dengan
lirih.
Tak berbeda dangan Bejo Untung, salah
satu korban peristiwa tahun 65, mengungkapkan jka pemerintah seolah tutup mata
dengan kasus pelangaran HAM. “kami yang berdiri didepan istana yang
aktif pada kegiatan kamisan itu, mewakili jutaan korban 65. Dan sampai hari ini
pemerintah menutup mata, menutup telinga seolah tidak terjadi semua peristiwa
itu, melalui film ini Happy Salma mengingatkan pada kita semua ada suatu
pekerjaan rumah yang sangat besar yang harus dikerjakan oleh presiden kita” tegas pria yang sempat ditahan selama 9 tahun ini.
0 komentar:
Posting Komentar