Tanggal 1 juni adalah hari yang
bersejarah bagi bangsa ini karena pada hari tersebut bertepatan dengan hari
lahirnya pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, peristiwa
bersejerah tersebut terjadi tepatnya pada tanggal 1 juni 1945 di gedung yang
terletak di Jalan Pejambon 6 yang dahulu pada masa kolonial Belanda bernama
gedung Volksraad (Dewan Rakyat). Gedung Volksraad saat ini dikenal sebagai
Gedung Pancasila dan sekarang menjadi bagian dari kompleks bangunan Gedung
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia.
Sejarah Sidang BPUPK
Anggota BPUPK terdiri dari 62 orang bangsa Indonesia, termasuk 4 orang dari golongan keturunan China, Arab, dan Belanda ditambah 7 anggota istimewa bangsa Jepang. Badan ini diketuai oleh Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat, dibantu dua Wakil Ketua yaitu seorang Jepang bernama Yoshido Ichibangse dan R.P.Soeroso. Ketua BPUPK mengajukan pertanyaan kepada sidang mengenai “Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita bentuk?”
Pertanyaan ini pada hakekatnya memberi
peluang dan kesempatan kepada para anggota untuk menghindari kemauan pihak
Jepang yang meminta BPUPK untuk lebih dahulu mengadakan persiapan-persiapan
secara terperinci, sebelum membicarakan tentang Dasar Negara Indonesia Merdeka.
Pada tanggal 1 Juni 1945, anggota BPUPK
Ir. Soekarno mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan Ketua tersebut dan
kesempatan itu juga digunakan untuk menanggapi uraian pembicara-pembicara
sebelumnya. Jawaban Ir. Soekarno berisi lima sila yang diusulkan untuk
dijadikan Dasar Negara Indonesia Merdeka. Kelima Sila tersebut adalah:
Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, Mufakat atau
Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pidato tersebut telah mendapat sambutan
hangat dari segenap anggota BPUPK. Menurut notulen rapat dicatat sebagai tepuk
tangan yang “riuh”, “riuh rendah” dan “menggemparkan”. Dalam kata pengantar
atas dibukukannya pidato tersebut, yang untuk pertama kali terbit pada tahun
1947, mantan Ketua BPUPK Dr. Radjiman Wedyodiningrat menyebut pidato Ir.
Soekarno itu berisi “Lahirnya Pancasila,” dan “telah keluar dari jiwanya secara
spontan, meskipun sidang ada dibawah pengawasan keras dari Pemerintah
Balatentara Jepang”.
Sebagai seorang yang mengikuti dan
mendengar sendiri pidato Ir. Soekarno tanggal 1 JunI 1945, Dr. Radjiman
Wedyodiningrat juga menyatakan bahwa “Lahirnya Pancasila” ini adalah buah
“rekaman stenografis” dari pidato Bung Karno yang diucapkan dengan tidak
tertulis dahulu dalam sidang yang pertama pada tanggal 1 Juni 1945 ketika
sidang membicarakan “Dasar Negara kita” sebagai penjelmaan dari angan-angannya.
Tentunya kalimat-kalimat sesuatu pidato yang tidak tertulis dahulu kurang
sempurna tersusunnya, tetapi yang penting ialah isinya.
Menanggapi pidato 1 Juni 1945, bekas
Wakil Ketua BPUPK Yoshido Ichibangse dalam laporannya yang disimpan di salah
satu arsip resmi di Amsterdam menulis bahwa “Mayoritas kaum nasionalis menuntut
kemerdekaan sekarang, sekalipun persiapannya belum sempurna, kata Ir. Soekarno.
Kemerdekaan adalah ibarat jembatan. Di seberang jembatan kita sempurnakan
masyarakat kita. Saya mendapat kesan bahwa Ir. Soekarno akan memutuskan
hubungan dengan Jepang apabila Jepang tidak segera memberikan kemerdekaan pada
Indonesia”.
Dengan kata-kata lain, bekas Ketua BPUPK
Dr. Radjiman Wedyodiningrat menyatakan bahwa “memang jiwa yang berhasrat
merdekatak mungkin dikekang-kekang”, dan bahwa “selama Fasisme Jepang berkuasa
di negeri kita, Ide Demokrasi tersebut tak pernah dilepaskan oleh Bung Karno,
selalu dipegangnya teguh-teguh dan senantiasa dicarikannya jalan untuk
mewujudkannya.
Halaman Gedung Pancasila
Setibanya di halaman gedung pancasila akan terlihat areal kecil di depan Gedung Pancasila di areal ini terdapat bendera merah putih yang gagah berkibar ada yang menarik di belakang tiang bendera ini terdapat pohon zaitun hadiah tanda persahabatan dari pangeran Arab saat berkunjung ke gedung ini dan sebuah prasasti sebagai bentuk penghargaan bagi pahlawan yg telah berjuang dalam kemerdekaan Indonesia. Berlanjut ke teras dari gedung ini terdapat sebuah meriam kecil berdiri di samping kanan pintu masuk Gedung Pancasila
Ruang Depan Gedung Pancasila
Setelah memasuki gedung tepatnya di ruang depan dari gedung ini terdapat lukisan besar dari presiden pertama RI Ir Soekarno. Berjalan sedikit ke dalam terdapat lukisan para tokoh-tokoh yang ikut dalam sidang BPUPK tahun 1945 diantaranya terdapat Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Muhammad Yamin
Ruang Samping Gedung Pancasila
Ruangan yang terdapat meja yang cukup panjang di ruangan ini serta terdapat pula dokumen-dokumen dari sidang BPUPK dahulu.
Ruang Belakang Gedung Pancasila
Setelah mengunjugi ruangan demi ruangan dalam gedung ini tibalah dibagian akhir dari gedung ini yaitu bagian belakang ruangan yang dahulu digunakan sebagai tempat sidang BPUPK terlihat dari peninggalan berupa meja yang sempat digunkan oleh Bung Karno saat mengikuti sidang
Sekarang ruangan ini berfungsi sebagai tempat untuk pihak
kementrian luar negeri memberikan konferensi pers, diruangan ini juga terdapat
bendera-bendera dari negara sahabat.
Demikian catatan perjalanan saya mengunjungi gedung
pancasila, terlepas dari pentingnya pancasila sebagai dasar neGara Indonesia
sudah selayaknya kita sebagi orang Indoensia agar tetap menjaga nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sehari-hari, karena sejarah telah mencatat banyak
gerakan-gerakan yang ingin menggantikan ideoogi ini dengan ideologi lain tapi
pada keenyataanya sampai sekarang Pancasila sebagia ideologi bangsa masih tetap
terjaga.
0 komentar:
Posting Komentar